Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Sandiwara Rasa

Gambar
Bunyi menggema  Dipenuhi kabut yang buta Bersama mainkan sandiwara Apakah atas dasar rasa? Atau sebuah kebetulan belaka Larut Sejuk berlanjut Rasa ini tak mau surut Hati ini pun kepincut Tak pernah ada maksud untuk merebut Tak ingin juga ku ribut Jangan kau akhiri Sebuah iklim yang kita jalani Aku mulai menikmati Dari dalam hati nurani

Beku

Gambar
Ribuan percakapan kita tidak pernah habis Tapi sayang obrolan itu terjadi tidak secara langsung Ribuan topik kita bicarakan Tapi sayang dialog itu terjadi tidak secara langsung Mading kampus itu seakan tertawa Karena ketika kita bertatap muka Tak pernah berani aku menyapamu Tak pernah berani aku menatap wajahmu Aku tidak tahu mengapa Aku begitu beku ketika bertemu denganmu Aku tidak tahu mengapa Mulut ini tertutup sangat rapat Aku tidak tahu mengapa Pandangan ini selalu menuju ke bawah bukan ke wajahmu Semangat membara terjadi ketika percakapan antara kau dan aku secara tidak langsung Tetapi ketika dihadapanmu, suaraku seakan terganti oleh angin yang berhembus perlahan

Menunggumu

Gambar
Kita lewati masa itu Masa dimana kau dan aku Tertawa bersama  Di bawah bintang-bintang Yang tak terhitung jumlahnya Masa dimana bulan pun tersenyum Melihat kita berbagi rasa Rasa yang sampai detik ini  Belum pernah kuungkapkan Kini kau sudah bersamanya Bodoh, aku memang bodoh Tidak dapat mengisi kosongnya hatimu Tidak mampu mengungkapkan rasa ini Hey sadarkah kau Betapa sulit melupakanmu Betapa sulit melepaskanmu Dirimu bagaikan embun  Basahi tanaman saat fajar datang Dingin dan menyejukkan Tunggu dulu, Aku tak akan kemana-mana Aku masih disini, Menunggumu wahai sang Dewi

Tawa yang Hilang

Gambar
Derai tawa Berkat canda Seakan menjadi rutinitas Di tengah padatnya aktivitas Saling meledek, mencela Bercerita-cerita penuh kebodohan Mewarnai kebersamaan kita Tak pernah ada rasa marah Semua mengalir begitu saja tanpa dendam Tahun demi tahun berlalu Rasanya sudah tak seperti dulu Canda tawa pergi dibawa angin Keakraban pudar diguyur hujan Kini semua terasa sunyi senyap Aku merindukan momen itu Saat kata-kata bodoh menjadi bahan tertawaan Saat pujian hanya menjadi sebuah kiasan Saat berbicara tanpa ada kebohongan Saat kebersamaan terasa hingga ke awan Semua berlalu begitu cepat Mungkin saat ini kita semua sibuk Atau kita hanya "sok" menyibukkan diri Andai kata waktu dapat kembali Akan ku jaga suasana seperti ini Hingga kita membubarkan diri Suatu saat nanti

Alergi Logika

Gambar
Alergi logika . . . Menghias banyak warna Di tengah hiruk pikuk kota Terancam oleh dahaga Diikuti derasnya air mata Alergi logika . . . Nalar tak banyak berbicara Apabila rasa yang berkata Sudahlah adinda Aku sudah tak sanggup membaca Karena mataku sudah mulai buta Teriris kehidupan yang fana Alergi logika . . . Aku menyerah, pasrah Hilang tak tahu arah Mentari pun tak lagi cerah Patahkan kata manis pepatah Alergi logika . . . Mungkin ini anugerah Atau mungkin hanya sampah Ah sudahlah Semoga berakhir dengan indah

Kutitip Rindu

Gambar
Kutitip rindu Pada angin berlalu Di bawah langit abu-abu Kutitip rindu Pada bintang-bintang Yang bersinar terang Kutitip rindu Pada alunan melodi Ciptakan sebuah intuisi Kutitip rindu Pada sinar senja Yang selalu kupuja Kutitip rindu Pada aliran sungai   Diikuti oleh badai Kutitip rindu Yang menggebu-gebu Untuk kamu, selalu